Panglimo Gedang: Benteng Marwah Melayu dari Dumai
Kala adat mulai dilupa, siapa yang bersuara?
Kala marwah diinjak hina, siapa yang membela?
Dari tanah Dumai yang berkah dan berani,
Bangkit hulubalang, penegak jati diri negeri.
Kala adat mulai dilupa, siapa yang bersuara?
Kala marwah diinjak hina, siapa yang membela?
Dari tanah Dumai yang berkah dan berani,
Bangkit hulubalang, penegak jati diri negeri.
Tak hanya Jawa tempat cendekia tumbuh,
Di tanah Melayu, ilmu pun mengalir penuh.
Dari Riau menjulang sang guru bersungguh,
Menjadi pelita dalam riset yang utuh.
Laksana bayu menyisir belantara,
Menjulang adat, marwah dijaga.
Jangan hilang tokoh pusaka,
Melayu luhur, warisan berharga.
Tegak di bumi, bersuluh cahaya,
Pemuda bangkit menolak lara.
Satu bersatu, hati bicara,
Bangun peradaban, sambung sukma di jiwa.
Kepada Sheila Maryanti, S.H.
Putri dari Bapak Zainal Abidin dan Ibu Titin Maria
Dengan penuh syukur dan rasa bangga, kami mengucapkan selamat atas pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan sebagai Hakim pada Pengadilan Negeri Sibuhuan.
Apa Pun Karunia-Mu untukku di Akhirat, Persembahkan untuk Ayah dan Ibuku
Bab 5: Jika Ada Karunia untukku di Akhirat… Berikanlah untuk Ayah dan Ibuku
Kala malam berselimut pilu,
Langit diam tak bersuara satu.
Kupanggil nama dalam sujud syahdu,
Ayah dan ibu di dasar kalbu.
Apa pun karunia dari Tuhanku,
Tak ingin aku menyimpannya dulu,
Kuserahkan semua untuk mereka yang aku rindu.
"Tatkala akar saling mencengkeram tanah, pohon pun menjulang tak gentar diterpa badai."
Demikianlah hakikat warisan Melayu — bukan sekadar peninggalan sejarah yang diam dan usang, melainkan suatu denyut hidup yang terus bernafas dalam jiwa para pewarisnya. Dan pewaris sejati itu adalah tokoh-tokohnya: para nakhoda peradaban, pemangku adat, pemikir bangsa, dan penjaga marwah di batas waktu.
Namun sayangnya, nama-nama mereka jarang terdengar.
Tidak terliput media, tidak disebut di podium, bahkan tidak dikenali di kampung sendiri.
Mereka ada — tapi tak dimasyhurkan.
Berjasa — tapi tak dipuja.
🌿 Sudah waktunya kita menghargai tokoh selagi mereka masih hidup,
Bukan hanya setelah mereka tiada.
Sekarang ni hidup sibok betol.
Pagi-pagi dah diburu waktu, siang berlalu tak sado, tau-tau dah petang.
Belom lagi hape bunyi tak sudah, kejo menumpuk, fikiran penat macam nak gilo.
Kadang badan ado di rumah, tapi kepalo entah ke mano.
Dumai, 17 Juni 2025
UCAPAN SELAMAT
Dengan penuh rasa hormat dan kebanggaan, kami mengucapkan:
Selamat dan sukses kepada Bapak Bambang Rio
atas terpilihnya sebagai Ketua LPMK Tanjung Palas.
Kami percaya, di bawah kepemimpinan Bapak Bambang Rio, LPMK Tanjung Palas akan tumbuh sebagai wadah partisipatif yang kuat, membawa aspirasi warga menuju tindakan nyata, dan membangun Tanjung Palas yang lebih sejahtera dan harmonis.
Semoga Allah SWT senantiasa memberi kekuatan, kebijaksanaan, dan keteguhan dalam memimpin dan mengabdi.
Tanjung Palas menatap masa depan dengan harapan baru.
Selamat mengemban amanah, Bapak Ketua!
ditulis oleh Iwang
Merawat Warisan Melayu, Menguatkan Sinergi Polri dan Masyarakat
DUMAI – Dalam semangat mempererat hubungan antara institusi kepolisian dan masyarakat serta memperkuat identitas budaya tempatan, Kepolisian Resor (Polres) Dumai menggelar rangkaian kegiatan bertajuk “Sembang Budaya” dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79, dengan mengusung tema nasional: “Polri untuk Masyarakat”.
Buku SYAIR 7
Kata Pengantar
Buku Apa Pun Karunia-Mu untukku di Akhirat, Persembahkan untuk Ayah dan Ibuku
Bab 4: Cinta dan Bakti yang Terlambat Disadari
Mentari senja berwarna sendu,
Terasa perih di relung kalbu.
Terlalu lama hatiku beku,
Lupa menatap wajah penuh restu.
Kini hanya tinggal rindu,
Dan sepi yang menggema bisu,
Pada cinta yang tak terbalas dahulu.
Apa Pun Karunia-Mu untukku di Akhirat, Persembahkan untuk Ayah dan Ibuku
Bab 3: Ayah dan Ibu dalam Doa dan Ingatan
Hening malam kuisi syahdu,
Wajah ayah terbayang selalu.
Ibu tersenyum di pelupuk mataku,
Kenangan mereka tak pernah layu.
Tak mampu balas segala restu,
Maka kupanjatkan doa penuh rindu,
Untuk mereka, penunjuk jalanku.
Ada pengorbanan yang tidak tercatat di buku sejarah.
Ada cinta yang tidak terdengar oleh dunia, tapi mengguncang seluruh hidup kita.
Ayah dan ibu mencintai dalam sunyi, memberi dalam diam,
dan mengorbankan segalanya tanpa pamrih.
Kita mungkin tak pernah tahu, berapa kali mereka menahan lapar agar kita bisa makan.
Atau berapa malam mereka berjaga saat kita tidur tenang.
Saya adalah Asmoro, biasa dipanggil Moro. Lahir di Kota Dumai pada 25 Oktober 1990, kota ini bukan hanya tempat saya dibesarkan, tetapi juga tanah yang menumbuhkan impian dan menyemai kecintaan saya terhadap seni. Di sinilah saya tumbuh dikelilingi teman, sahabat, dan keluarga yang selalu memberi dukungan—menjadi energi bagi langkah-langkah saya dalam dunia seni.
📍 Tempat Lahir: Pekanbaru, 16 Februari 1986
🧬 Nama Lengkap: Muhammad Mufarizal, ST, M.IP
👨👩👧👦 Keluarga: Anak pertama dari empat bersaudara dari Drs. H. Mustafa Kadir dan Dra. Hj. Sri Harti M.IP. Dikaruniai seorang istri dan dua putri cantik.
📍 Domisili: Kota Dumai
Kami anak Riau Pesisir.
Laut adalah ayah kami, angin Selat Malaka ibu kami.
Dari ombak kami belajar bergerak, dari gelombang kami belajar bertahan.Kami bukan hanya penjaga pantai,
tetapi pewaris peradaban Melayu yang telah berlayar jauh sebelum republik ini lahir.
Situs ini menggunakan cookie untuk meningkatkan layanan dan analisis trafik. Dengan menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie. Pelajari lebih lanjut.