Datuk Khairuddin Al-Young Riau Pemuda Pembaharu, Penjaga Marwah, Penggerak Zaman

 

Laksana bayu menyisir belantara,

Menjulang adat, marwah dijaga.

Jangan hilang tokoh pusaka,

Melayu luhur, warisan berharga.

Tegak di bumi, bersuluh cahaya,

Pemuda bangkit menolak lara.

Satu bersatu, hati bicara,

Bangun peradaban, sambung sukma di jiwa.


________________________________________

Di tengah derasnya gelombang perubahan modern, sering kali nilai-nilai luhur kita tertinggal di ruang yang sepi. Namun ada bara semangat yang tetap menyala. Bara itu adalah Datuk Khairuddin Al-Young Riau, tokoh muda yang menegaskan kembali bahwa adat Melayu adalah pijakan, bukan beban — bahwa pemuda bisa jadi pembaharu, dan pemimpin yang merajut masa depan.

________________________________________

Bukan Sekadar Nama, Tapi Jalan Peradaban

Sebagai Datuk Panglima Pasukan Dewan Adat Nasional (PADAN) Provinsi Riau, Khairuddin hadir bukan sebagai simbol formalitas, tapi sebagai penyambung lidah nilai dan penjaga arah. Ia menyuarakan:

“Adat bukan barang purba — ia adalah cahaya penuntun di zaman.”

Ia percaya bahwa adat harus terus hidup melalui generasi muda — bukan hanya diceritakan, tapi dijalankan, dirasakan, diperjuangkan, dinimati bersama kehadiran Illahi.

________________________________________

🌾 Gerai Young Riau: Menyatukan Budaya dan Kesejahteraan

Kristalisasi ide ‘adat sebagai ekonomi’ diwujudkan melalui Gerai Young Riau — sebuah inisiatif pemberdayaan UMKM yang menjual karya produk khas Melayu: tanjak, songket, tenun, dan kearifan lokal lainnya. Ini bukan gerai biasa — ini adalah rumah budaya yang memberi kehidupan, sekaligus simbol bahwa nilai-nilai tradisi dapat berjalan seiring dengan semangat kemajuan.

 

________________________________________

🌾 Negeri Lancang Kuning: Menyatukan Syiar dan Syair Musik Melayu

Di tengah kekurangan ide ‘Lagu seni musik Melayu sebagai simbol budaya’ diwujudkan melalui Album Negeri Lancang Kuning — sebuah inisiatif karya seni pemberdayaan artis seniman dan musisi  yang menjual karya seni musik khas Melayu seperti karya lagu: Negeri Lancang Kuning, Kenang-kenanglah Sayang, Hai Bujang dan Dara, Bangkitlah Wahai Pemuda, Ya Salam, Petani Kami, Putri Tujuh, Daulat Tuanku dan sederetan lagu Melayu lainnya yang dikemas dengan apik dan terbuka. Ini bukan lagu biasa — ini adalah sederetan lirik liriknya dengan sentuhan jiwa, nyata di dalam kehidupan, sekaligus simbol bahwa nilai-nilai seni musik yang berasal ketinggian seni suara, lirik dan musik Nabi Daud As bersama Tuhan yang tak lekang antara waktu dan zaman.

________________________________________

🗣 Suara Adat di Tengah Bising Zaman

Khairuddin berbicara lewat hal-hal nyata: dialog kekeluargaan antarbudaya, pelatihan pemuda beradat, dan literasi budaya yang merangkul semua kalangan. Ia menegaskan:

“Kita bukan sedang melawan zaman, tetapi mengakar di dalamnya.”

Baginya, menyuarakan adat bukan nostalgia, tetapi aksi — tindakan penuh makna yang menjaga ruh bangsa.

________________________________________

🧭 Politik Beradab: Amanah, Bukan Ambisi

Dengan kehadiran Khairuddin dalam pentas politik—sebagai calon DPD RI Utusan/ Perwakilan Provinsi Riau—ia membawa semangat politik yang berbasis tanggung jawab dan nilai. Ia berpidato:

“Rakyat tidak butuh suara keras, tapi pemimpin yang teguh berpegang pada amanah.”

Lewat lagu "Daulat Tuanku" karyanya pun ia lantunkan, seperti dalam lirik "Raja adil raja disembah, Raja zalim raja disanggah, siapa kalah bukan mengalah, siapa menang mesti dijulang".

Ia tak mengejar kekuasaan sendiri, melainkan ingin menuangkan spirit adat ke dalam pelayanan publik.

________________________________________

🌺 Warisan yang Tak Boleh Padam

Khairuddin bukan sekadar figuran dalam sejarah. Ia adalah jembatan antara generasi, antara tradisi dan inovasi. Ia yang menegaskan:

“Kalau bukan kita yang menjaga marwah, siapa lagi? Dan kalau bukan sekarang, kapan lagi?”

Kata-kata ini bukan retorika kosong — melainkan panggilan nyata untuk bertindak.

________________________________________

________________________________________

Berkilat rencong di tengah gelora,

Bersila bijak di balai pusara.

Jangan warisan tinggal cerita,

Mari bersatu, mari berkarya.

Marwah dijaga, adat disemara,

Pemuda bangkit, pusaka dijaga.

Jangan tokoh hanya di udara,

Mari muliakan, mari bersama.

Dari Pekanbaru hendak ke Dumai,

Tiba di Dumai nampak kilang putri tujuh,

Sekian dulu saya sebagai penyampai,

Diakhiri Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

________________________________________

Catatan redaksi : 🤝 Pentingnya Memuliakan Tokoh Melayu

Tokoh Melayu bukan sekadar nama — mereka adalah akar, suluh, dan penjaga identitas. Dengan menghormati dan memuliakan mereka, kita turut memperkuat akar budaya, menjaga marwah, dan memperkuat persatuan bangsa.

Mari:

             Muliakan tokoh adat dan budaya kita,

             Hargai mereka yang membela dan merawat nilai-nilai luhur,

             Bersatu dalam cinta tanah air dan budaya, bukan terpecah oleh kepentingan sempit.


0 Comments

🏠 Home