Kala adat mulai dilupa, siapa yang bersuara?
Kala marwah diinjak hina, siapa yang membela?
Dari tanah Dumai yang berkah dan berani,
Bangkit hulubalang, penegak jati diri negeri.
Di negeri bernama Dumai — kota maritim tempat adat, iman, dan modernitas saling bertemu — berdiri sosok tegap yang dihormati bukan hanya karena gelar, tapi disegani karena pendirian: Panglimo Gedang, atau secara adat dikenal sebagai DATO' PANGLIMO SRI PAOUH Dr (HC) H. AWALUDDIN P. DASS., MRASA., DM., SM., SBPAP.
Beliau bukan sekadar Ketua Laskar Hulubalang Melayu Riau (LHMR) Kota Dumai, tetapi juga Dewan Petinggi di Komite Melayu Bersatu Dumai (KMBD) — posisi kehormatan yang diemban dengan amanah besar: menjaga adat, menyatukan kekuatan Melayu, dan membela marwah bangsa dari berbagai penjuru.
Penjaga Marwah, Pembela Keadilan
Sebagai Ketua LHMR, Panglimo Gedang tak pernah tinggal diam saat harga diri Melayu terancam. Ia lantang ketika marwah diinjak, namun teduh saat meredakan hati yang retak. Kepemimpinannya bukan dengan gertak, tapi dengan adab. Bukan dengan amarah, melainkan keberanian yang berakar pada kasih dan kebenaran.
Sikap ini tampak nyata saat beliau angkat bicara dalam kasus dugaan tindakan tidak manusiawi oleh PT. Patra Niaga — membela tokoh dan masyarakat adat yang terzalim. Suaranya menjadi benteng, tubuhnya menjadi perisai.
“Takkan Melayu hilang di Dumai, asal adat dijunjung, iman dijaga, dan keberanian dibela,” ujarnya dalam satu forum adat terbuka.
Penggerak Adat, Penguat Simbol
Panglimo Gedang adalah pemimpin yang menanam adat, bukan sekadar mengenang masa lalu. Ia mendorong pemakaian tanjak, kebangkitan simbol adat, dan pelestarian budaya Melayu sebagai identitas kolektif. Baginya, tanjak adalah bendera hati — dikenakan di kepala, ditanam di dada.
Ketika Kapolda Riau menerima gelar adat “Datuk Bandaro Alam,” Panglimo Gedang turut memimpin upacara penghormatan adat. Sebab baginya, pemberian gelar bukan basa-basi, tapi bentuk penghormatan terhadap jasa, keberanian, dan pengabdian.
Hulubalang Warisan, Pemimpin Masa Depan
Sebagai tokoh adat yang disegani, Panglimo Gedang menjadi jembatan antara generasi tua dan muda. Dalam setiap forum, musyawarah, dan silaturahmi budaya, ia selalu mengingatkan: adat bukan pelengkap, melainkan ruh utama dalam membangun peradaban Melayu.
Kini, dalam semangat persatuan yang lebih luas, beliau resmi menjadi salah satu Dewan Petinggi Komite Melayu Bersatu Dumai (KMBD) — wadah strategis untuk menyatukan tokoh, adat, pemuda, dan kekuatan-kekuatan Melayu di kota pelabuhan ini.
“Selagi tanjak dipakai, pantang kita mundur menjaga marwah.”
“Melayu bukan sekadar warisan — ia adalah kewajiban yang harus diperjuangkan.”
Biar ombak menghantam tebing ini,
Biar zaman menggoda hati,
Panglimo Gedang tetap berdiri,
Menjaga adat, membela negeri.
Catatan Redaksi:
Tokoh Melayu adalah warisan kita. Maka mari kita jaga, kita hargai, dan kita muliakan.
Dalam diri Panglimo Gedang, kita melihat kekuatan Melayu yang tak lekang oleh zaman — marwah yang hidup, bukan sekadar kenangan.
Kini saatnya kita bersatu demi marwah, demi anak cucu, dan demi tanah adat yang kita cintai.
Bergabung dalam Komite Melayu Bersatu Dumai (KMBD) bukan sekadar simbol, melainkan langkah nyata menuju kejayaan Melayu yang bermartabat.
Bersatu demi adat. Bersatu demi harga diri. Bersatu demi Melayu.
--------------
ditulis oleh Iwang, Tim Kreatif Bayang Bayang Anak Negeri
0 Comments