Prof. Muslim: Pionir Teknologi Migas dari Bumi Lancang Kuning

Tak hanya Jawa tempat cendekia tumbuh,
Di tanah Melayu, ilmu pun mengalir penuh.
Dari Riau menjulang sang guru bersungguh,
Menjadi pelita dalam riset yang utuh.

 


Di tengah dominasi pusat-pusat keilmuan yang berpusat di Pulau Jawa, hadir satu nama dari tanah Melayu yang menjebol batas itu dengan tenang namun pasti: Prof. Dr. Eng. Ir. Muslim, ST., MT., IPU. Ia bukan sekadar akademisi, tetapi seorang pionir yang menyalakan lentera teknologi perminyakan dari bumi Riau — menandai jejak penting dalam sejarah energi nasional.

Perjalanan Ilmiah dari Riau hingga Negeri Ginseng

Lahir dan besar di Riau, Prof. Muslim meniti jalan sunyi dunia akademik dengan tekad panjang. Perjalanan intelektualnya mengantarkannya ke Sejong University, Korea Selatan, tempat ia meraih gelar doktor di bidang Teknik Energi dan Mineral pada 2016. Namun ia tak tinggal di negeri seberang — ia pulang. Karena baginya, tanah Melayu tak boleh sekadar jadi ladang eksplorasi, tapi juga rumah inovasi.

Kepulangannya menjadi lentera bagi Universitas Islam Riau (UIR), tempat ia kini menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik UIR periode 2020–2024, sekaligus Guru Besar ke-16 UIR. Tak hanya itu, ia juga dipercaya sebagai Ketua Pusat Studi Pengembangan dan Peningkatan Produksi Minyak Bumi (PSP3MB FT UIR) — wadah riset unggulan dalam inovasi teknologi migas.

Ia bukan hanya membuktikan bahwa orang daerah bisa bersaing, tapi juga membuka pintu agar generasi selanjutnya melangkah lebih jauh.

Teknologi Migas dan Riset Kelas Dunia

Nama Prof. Muslim identik dengan Enhanced Oil Recovery (EOR) — metode peningkatan produksi minyak yang ramah lingkungan dan efisien. Ia tak meneliti di balik meja saja, tapi turun ke lapangan. Bersama PT SPR Langgak dan institusi luar negeri seperti Universiti Teknologi Malaysia (UTM), ia membangun riset aplikatif yang menjawab langsung kebutuhan industri.

Risetnya tidak berhenti di jurnal — tapi menjelma menjadi solusi. Ia berhasil meraih hibah World Class Professor dari Kemendikbud-Ristek, memperluas kolaborasi global, serta menjadi penyambung antara laboratorium dan sumur-sumur minyak di tanah Melayu.

Pemimpin Ilmiah yang Membumi

Meski bergelar profesor, Prof. Muslim tetap bersahaja. Ia hadir di tengah mahasiswa sebagai pembimbing, bukan penghakim. Ia percaya bahwa ilmu tidak hanya soal angka dan data, tapi juga tentang karakter dan ketekunan. Ia dikenal sebagai pendidik yang menanamkan semangat profesionalisme yang Islami dan berjiwa kewirausahaan — sesuai dengan tantangan zaman dan nilai lokal.

“Jangan pernah malu jadi orang daerah. Ilmu bisa kita kejar, asal jangan hilang jati diri,” ucapnya dalam satu forum akademik di Riau.

Siap Berkontribusi untuk Anak Negeri

Dalam semangat yang sama, Prof. Muslim juga menyatakan kesediaannya untuk bergabung dengan Komite Melayu Bersatu Dumai (KMBD) — sebuah wadah kolaborasi antar tokoh dan anak negeri dalam menjaga, membina, dan memajukan marwah Melayu.

Langkah ini bukan sekadar simbolik, tetapi bentuk nyata komitmen beliau untuk memberikan kontribusi terbaik bagi kemajuan anak-anak Melayu, terutama di bidang pendidikan, teknologi, dan inovasi.

"Saya percaya, bila kita bersatu dan berbagi peran, anak Melayu tidak hanya menonton sejarah, tapi menulisnya," ungkapnya.

Warisan Intelektual dari Riau untuk Indonesia

Lebih dari sekadar jabatan, kehadiran Prof. Muslim adalah harapan. Ia membuka cakrawala baru bahwa perguruan tinggi di luar Jawa bukan pinggiran, tapi pusat masa depan jika diberi ruang, kepercayaan, dan semangat.

Risetnya tentang EOR tak hanya menjanjikan energi yang lebih efisien, tapi juga mengembalikan hak daerah dalam inovasi. Ia bukan hanya aset UIR — ia adalah inspirasi Indonesia: bahwa keunggulan tak ditentukan oleh letak geografis, tapi oleh daya juang dan dedikasi.


Di sumur ilmu ia menggali harapan,
Di labor ilmu ia bakar semangat zaman.
Bumi Lancang Kuning punya anak kebanggaan,
Prof. Muslim, pelita dalam kegelapan.


Catatan Redaksi:

Tokoh Melayu adalah warisan kita. Maka mari kita jaga, kita hargai, dan kita muliakan.
Dalam sosok Prof. Muslim, kita menemukan jejak terang: cendekiawan yang tak lupa akar, dan pemimpin yang tak menunggu panggung untuk berbuat.
Mari kita bersatu, mari kita teguh, demi Melayu yang bermarwah dan Indonesia yang bercahaya.

Bersatu demi anak negeri. Bersatu demi Melayu.


ditulis Iwang, Tim Kreatif Bayang Bayang Anak Negeri

0 Comments

🏠 Home