Di tengah gelombang zaman yang kadang menenggelamkan nilai-nilai lama, masih ada tokoh yang memilih berdiri pada batu karang adat yang kokoh. Seorang perempuan, tidak dengan teriak, tapi dengan tindak. Tidak dengan sorak, tapi dengan nurani. Namanya: Hj. Jufrida, S.E. — sosok yang oleh banyak orang mungkin disebut politisi, tetapi bagi masyarakat pesisir Melayu, ia adalah penjaga marwah negeri.
🏝️ Dilahirkan dari Rahim Adat
Di tanah Dumai yang berdentum pelabuhan dan berembus angin sejarah, Hj. Jufrida tumbuh dari keluarga Melayu yang menanamkan dua warisan utama: agama dan adat. Bukan hanya hafal pepatah petitih, tapi menjadikannya pelita hidup. Ia dibesarkan bukan untuk bersuara nyaring, tapi agar suara hatinya jernih—dan itulah yang kelak menjadikannya pemimpin yang berbeda.
🧕 Keteguhan dalam Kelembutan
Sebagai anggota DPRD Kota Dumai, Hj. Jufrida tidak dikenal sebagai orator yang meledak-ledak. Tapi di ruang dewan, ia adalah suara bening dari lorong rakyat yang sering tak terdengar. Isu jalan rusak, kesetaraan perempuan, nasib nelayan dan anak sekolah—ia suarakan bukan sebagai program politik, tetapi sebagai panggilan nurani.
Ia pernah berkata,
“Saya tidak ingin dikenal karena jabatan. Saya ingin dikenang karena keberpihakan.”
Dan itu bukan sekadar kutipan. Itu adalah prinsip hidup yang ia jalani hari demi hari.
💧 Ketika Pandemi Menyapa
Saat COVID-19 melanda, banyak pemimpin bersembunyi di balik protokol. Tapi Hj. Jufrida justru turun ke lapangan, membawa masker, sembako, dan kata-kata penyemangat yang membasuh luka masyarakat. Dalam krisis, terlihat siapa yang berjiwa pelayan dan siapa yang sekadar pencitraan. Ia memilih politik kemanusiaan, bukan kalkulasi elektoral.
🌿 Perempuan yang Menjaga Marwah
Di tengah tantangan dunia yang keras, Hj. Jufrida adalah bukti bahwa perempuan bisa memimpin tanpa meninggalkan kelembutan. Bahwa adat bisa berpadu dengan modernitas. Bahwa politik bisa menjadi ladang pengabdian, bukan arena perebutan. Ia bukan hanya representasi suara perempuan Melayu, tapi juga penjelmaan marwah budaya itu sendiri.
✨ Teladan yang Tidak Lekang
Banyak tokoh yang hidup dalam buku sejarah. Namun tokoh yang menggugah, adalah mereka yang hidup dalam hati masyarakat. Hj. Jufrida adalah salah satunya—seperti pelita kecil di rumah tua yang tak pernah padam. Ia mungkin tidak tampil di layar kaca nasional, tetapi bagi warga pesisir dan generasi muda Dumai, ia adalah inspirasi nyata yang bisa disentuh, diteladani, dan diwarisi.
🌺 Penutup:
Dalam kehidupan yang penuh sorotan ini, Hj. Jufrida memilih jalan yang senyap, namun berdampak. Ia tidak mencari popularitas, tapi kebermaknaan. Ia tidak mengejar sanjungan, tapi keberkahan.
Di matanya, politik bukan tentang kekuasaan, melainkan pengabdian. Di hatinya, Melayu bukan sekadar identitas, tetapi jalan hidup.
Dan karena itulah—ia layak disebut:
Tokoh Melayu yang Menggugah Jiwa.
🌿 Catatan Redaksi
Tokoh Melayu bukan sekadar nama dalam lembar sejarah—mereka adalah cahaya yang menuntun arah, suara yang menggema dari masa lalu, dan jiwa yang tetap hidup dalam denyut zaman.
Dalam tiap langkah mereka, kita melihat kekuatan yang tidak usang dimakan waktu—marwah yang bukan hanya dikenang, tapi dijalani. Di situlah kemuliaan Melayu: dalam kesederhanaan yang teguh, dalam keberanian yang tenang, dan dalam adat yang terus berbicara, meski zaman berganti rupa.
Hari ini, bukan sekadar soal menjaga cerita—ini tentang menjaga harga diri, menjaga akar, dan menjaga tanah yang telah melahirkan kita.
Saatnya kita berpaut. Bukan untuk kembali ke masa lalu, tapi untuk menegakkan warisan.
Bersama—kita jaga marwah.
Bersama—kita bangun harga diri bangsa.
Bersama—kita hidupkan kembali jiwa Melayu yang halus tapi tak pernah rapuh.
ditulis oleh Iwang , TimKreatif Bayang Bayang Anak negeri
1 Comments
Bedelaw semoga selalu dalam lindungan Allah ibu jufrida dalam menperjuang adat resam nurani melayu
ReplyDelete