Saya, Chandra AG, selaku Ketua Harian FPK-LKKMD dan juga mewakili KMBD, menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi yang belakangan ini terjadi di Terminal Pelabuhan Penumpang Dumai.
Dengan sangat menyayangkan, saya menyoroti kejadian-kejadian yang kurang mengenakkan, terutama yang menimpa para penumpang dari luar daerah yang baru tiba. Di sisi lain, saya juga merasa miris menyaksikan video permintaan maaf dari para penjaja tiket yang selama ini kerap dianggap biang kekacauan.
Perlu kita sadari bersama, bahwa mereka bukan semata-mata pelaku yang dinilai meresahkan atau melanggar ketertiban, tetapi juga merupakan korban dari sistem dan keadaan. Persaingan usaha yang tidak sehat telah membuka ruang liar yang tanpa pengawasan, membuat mereka berebut rezeki dengan cara-cara yang tidak pantas. Para penjaja tiket itu sejatinya bertindak sebagai perpanjangan tangan dari PO atau agen travel, menawarkan tiket ke arah tujuan yang belum tentu sesuai dengan keinginan penumpang.
Kekacauan, kebisingan, hingga adu suara dan tarik-menarik penumpang menjadi pemandangan sehari-hari yang menyambut para penumpang di pelabuhan. Bahkan, kesan “seram” semakin kuat ketika petugas keamanan menenteng tongkat dan pentungan untuk menghalau para penjaja tiket yang nekat menerobos masuk. Ini semua memberi preseden buruk bagi dunia kepelabuhanan kita, khususnya dalam sudut pandang para penumpang yang baru tiba.
Namun perlu diingat, situasi ini terjadi karena tekanan ekonomi yang memaksa dan sistem yang belum tertata. Semua pihak, baik petugas maupun penjaja jasa, hanyalah bagian dari persoalan yang harus dibenahi bersama.
Sebagai pelabuhan internasional yang menjadi pintu gerbang arus penumpang lintas negara, Pemerintah Kota Dumai dan pihak Pelindo sudah seharusnya menata wajah Pelabuhan Dumi menjadi lebih ramah, humanis, dan profesional.
Beberapa langkah yang sepatutnya segera dilakukan antara lain:
-
Menata area terminal dengan membangun kios atau loket resmi untuk setiap PO/travel secara rapi dan terorganisir. Ini akan memudahkan penumpang melanjutkan perjalanan sesuai tujuan tanpa adanya tekanan atau unsur paksaan.
-
Membentuk terminal taksi khusus yang dijalankan secara profesional, rapi, dan berizin resmi. Ini penting untuk kenyamanan dan keamanan penumpang yang akan menuju kediamannya di wilayah Dumai.
-
Meningkatkan kapasitas petugas keamanan dan pelayanan dengan memberikan pelatihan etika pelayanan publik. Kehadiran mereka harus mencerminkan keramahan, bukan ketakutan. Sambutan dengan senyuman dan sapaan ramah jauh lebih efektif menciptakan kesan baik di mata penumpang.
-
Memberdayakan para penjaja tiket secara humanis, bukan hanya meminggirkan atau mengkriminalkan mereka. Pemerintah harus hadir sebagai fasilitator yang mampu menata sistem secara adil. Mereka hanya berusaha mencari nafkah, namun dalam sistem yang tak tertata, cara-cara yang digunakan jadi tampak liar.
Intinya: kita harus memanusiakan manusia.
Jangan hanya melihat dari satu sisi negatif, tapi lihatlah akar masalahnya: lemahnya sistem dan pengawasan. Tugas kita bersama adalah memperbaiki dan membenahi. Pelabuhan bukan sekadar tempat transit, tapi wajah pertama dari sebuah kota. Maka, marilah kita jaga wajah itu agar tetap tersenyum menyambut siapa pun yang datang.
Demikian pernyataan ini saya sampaikan sebagai bentuk kepedulian dan dorongan untuk perubahan yang lebih baik di Pelabuhan Dumai.
Hormat saya,
Chandra AG
Ketua Harian FPK-LKKMD
(Forum Pembauran Kebangsaan – Lembaga Kerukunan Keluarga Masyarakat Dumai)
Ketua Harian KMBD
(Komite Melayu Bersatu Dumai)
0 Comments