🌀 Anak Melayu Pesisir Tak Pernah Surut Suara dari Ujung Negeri

⚓ Di Tepian, Kami Berdiri — Bukan Mengemis, Tapi Menjaga

Di sini kami berpijak.
Di tanah yang dipeluk asin laut dan ditiup angin sejarah.
Bukan di pinggiran peta, tapi di halaman depan peradaban.

Kami ini Anak Melayu Pesisir
yang lahir dari denting kompang, tumbuh dari cerita datuk,
dan dewasa bersama gelombang yang tak pernah letih memukul pantai.

Kami bukan bayang-bayang. Kami adalah cahaya dari arah timur laut.
Kami bukan masa lalu. Kami adalah denyut yang terus bergerak.


🌊 Budaya Kami: Tak Sekadar Simbol, Tapi Nafas

Jangan kira budaya kami hanya untuk pesta.
Budaya kami adalah cara hidup, cara berpikir, cara bersikap.

Kami bicara dengan pantun, bukan dengan cacian.
Kami marah dengan gurindam, bukan dengan makian.
Kami menari bukan untuk tontonan — tapi untuk mengikat warisan agar tak hanyut!

📜

“Kalau berkata jangan melulu,
Telan dahulu sebelum sembur.
Kalau tak tahu adat pesisir itu,
Baik diam sebelum tersungkur.”


🧭 Dari Rohil ke Siak: Darah Sama, Laut Sama

🐟 Rokan Hilir

Di Bagansiapiapi, orang membakar tongkang bukan untuk membuang,
tapi untuk mengingat: hidup bersama adalah pilihan sakral.

⚖️ Bengkalis

Di sini adat dijaga seperti emas.
Pantun jadi pelipur, syarak jadi pemutus.

🔧 Dumai

Kota industri, tapi zapin masih berdetak.
Komersial? Ya. Tapi kami juga komitmen pada jati diri.

🌴 Meranti

Sagu adalah lambang ketahanan.
Orang Meranti tahu: laut itu keras —
tapi kami lebih keras bila dihina.

👑 Siak

Tempat raja menundukkan dunia bukan dengan perang,
tapi dengan hikmah, ilmu, dan marwah.


🚫 Kami Bukan “Pinggiran” — Kami Pagar Negara

Jangan kau anggap kami lapuk.
Kami ini pagar dari segala arah: budaya, bahasa, akal budi.
Kami ini tapal batas terakhir sebelum bangsa ini kehilangan jiwanya.

Jangan injak adat kami. Kami bisa diam seribu hari, tapi ketika marwah dilukai — kami jadi badai.


📣 Seruan Anak Pesisir

Hari ini, bila beton ingin menghapus jejak kami,
bila modernisasi ingin memotong lidah kami,
maka dengar baik-baik:

Kami ini bukan jalan buntu. Kami ini jalan pulang bangsa.
Kami ini bukan garis pantai. Kami ini benteng terakhir jiwa Nusantara.


🔥 "Kami tahu menari — tapi juga tahu menggenggam.

Kami tahu bersyair — tapi juga tahu bertahan.
Kami tahu sabar — tapi jangan uji bila marwah diinjak." 🔥


🌟 Penutup: Kami Adalah Gelombang yang Tak Pernah Mati

Selagi laut masih bergelombang,
dan surau masih menyebut nama Tuhan,
selagi pantun masih dihafal anak-anak,
dan zapin masih dimainkan kaki-kaki kecil di tepian:

Anak Melayu Pesisir takkan surut.
Kami akan terus bernyanyi, menari, menjaga.
Bukan karena kami ingin dikenang —
tapi karena kami tahu siapa kami:
Penjaga marwah. Pewaris harga diri. Pemilik tanah di ujung dunia.


🖋️ Ditulis oleh: Iwang
**🎙️ Untukmu yang percaya bahwa budaya adalah bendera terakhir bangsa._

0 Comments

🏠 Home