Oleh : Darwis Mohd Saleh
Arti kata DARWIS secara harfiah adalah : orang Islam yang sengaja hidup miskin demi kesempurnaan jiwa (KBBI).
"Kemiskinan itu tidak datang dari langit, jemah". Kalimat ini terdapat dalam sebuah karya cerpen beliau yang berlaga dengan seluruh penulis sastra Indonesia dan tampil sebagai jawara dengan tajuk karya PENGERIH.
Lalu orang nyaris tak percaya ada penulis dari Dumai yang ganas dengan kejakunan bahasa-bahasa bangkainya dari kosa-kata bahasa ibu Melayu di Riau, konon dari Dumai pula yang terkenal heterogen berbagai aspek budaya nasional yang berkembang secara populer dari populasi yang tumbuh di kota pesisir ini.
Tak percaya ada penulis di Dumai disaat Riau menanggung risau akan kemandulan dan kegamangan atas gelar seniman dan budayawan akibat membumbungnya gelar-gelar para tokoh utama dan lama dari Riau, Seperti Sutardji cholsum Bakri ( presiden penyair. ) Edi Ruslan P amenreza. Idrus Tintin, Taufik Ikram Jamil, Eddi Ahmad Rm Hasan Yunus , Dato Tenas Effendi, Syaukani Al Karim dan secountener lagi para seniman dan budayawan Riau. Ada sesosok nama DARWIS MOHD SALEH yang sebenarnya sudah berkiprah sejak tahun 1980 an dengan menggunakan nama pena sahaja. Sehingga nama aqiqah DARWIS MOHD SALEH muncul banyak yang tertanya-tanya siapa dia. Sehingga setelah tarung karya PENGERIH tersebut dia kembali ikut tarung di tahun berikutnya mewakili DKD DUMAI, kali ini dengan karya bahasa yang sangat 'EYD' dengan tajuk karya PELABUHAN TUA. Sebuah karya sastra yang garang mengungkit busuknya, korupsi, kolusi dan nepotisme. Dan hilangnya landas dasar negara PANCASILA.
Setelah itu Darwis makin menunjukkan kezuhudannya dengan meninggalkan gedung2 dan pentas kesenian konvensional. Darwis berkarya dengan panggung kontemporer dialam-alam semula jadi dengan menunam sisa hidupnya kedalam persoalan alam sebagai aktifis lingkungan hidup dan seni-budaya. Dan hasilnya adalah situs cerita rakyat dapat dimunculkan dengan nama BANDAR BAKAU bercirikan gerakan hutan bakau alam nan lestari hingga kini, bahkan beliau terus menyuntik vaksin keaktifisannya ke seluruh Riau hingga kini dengan mengandalkan seni untuk membuka runding sebuah konsesi hingga kini. Miskinkah beliau?
Tidak!
Begitu berlambak tapak-tapak kesenian dan kebudayaan yang bisa didirikan/ekploitasi disetiap ceruk kabupaten kota di Riau ini bahkan di Kepulauan Riau karena beliau salah seorang peserta dari Dumai yang ikut kenduri MELAYU SEDUNIA di BUNDA TANAH MELAYU DAIK LINGGA. Bersama seniman dan budayawan dunia kala itu.
Dan dalam tubuh DKD DUMAI selama ini sampai di kabinet pucuk rebung, saya tampil sebagai penutup urat malu, baik dari sisi literasi seni, biaya seni sampai arena seni, hingga sekretariat seni yang tak layak dan penuh kebiri. Maka sesuai wacana nasional terhadap usia kerja yang tak dibatas lagi kini, untuk itu saya di MUSENDA V tahun 2025 ini dengan penuh strategi utk menekingi legislatif dan eksekutif guna mengadakan pengelolaan pendanaan kesenian yang berkelanjutan sesuai kebutuhan pembangunan jiwa budaya Indonesia dimasa KABINET MERAH PUTIH saat ini.
Bukan pepaya bukan kedondong
Buah nangka awalnya temabal
Bukan saya bersikap sombong
Silalah ikut rekam saya dijejak digital
" Sekretariat dewan kesenian Dumai saat ini adalah cermin kerbau dicucuk hidung oleh sipengembala kesenian selama ini. Dan komisi seni didalamnya hanya misai keli, tak berbilang gerun selain manggut seperti insan yang tak tepat duduk dimakamnya. " ( Darwis Mohd Saleh)
KARENA MU DUMAI
kupanggili engkau seniman sejati bukan kepentingan kelompok apalagi sendiri. Wassalam
Dumai, 1 Juni 2025
#sorotan
#essay
0 Comments