Anton DPRD Dumai: Musenda V DKD Momentum Kebangkitan Marwah Budaya Kota Pelabuhan

DUMAI, 5 Juni 2025 — Menjelang Musyawarah Seniman Daerah (Musenda) ke-V Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kota Dumai yang akan digelar pada 9 Juni 2025 mendatang, dukungan terus mengalir dari berbagai pihak. Anton, Anggota DPRD Kota Dumai yang dikenal dekat dengan pelaku seni dan budaya, menyebut Musenda ini sebagai momentum kebangkitan marwah budaya Dumai yang harus dijaga bersama.

“Ini bukan sekadar agenda organisasi. Musenda V DKD adalah kesempatan menyusun ulang arah gerak kebudayaan kita, memperkuat jati diri Kota Dumai sebagai kota pelabuhan yang kaya ragam suku, adat, dan ekspresi kesenian,” ujar Anton, Rabu (4/6) saat ditemui di sela resesnya.

DKD Harus Menjadi Wajah Budaya Kota Dumai

Anton menegaskan bahwa DKD bukan hanya milik segelintir komunitas seni, tapi harus hadir sebagai rumah besar seluruh pelaku budaya. Ia berharap kepemimpinan DKD ke depan mampu membuka ruang kolaborasi yang luas, tidak hanya dengan komunitas seni, tetapi juga dengan lembaga adat, organisasi pemuda, institusi pendidikan, dan suku-suku yang ada di Kota Dumai.

“DKD harus hadir di tengah masyarakat. Bekerja sama, bergandeng tangan, membangun sinergi dengan lembaga-lembaga lain, komunitas lintas minat, serta menjalin hubungan erat dengan semua suku di Dumai — Melayu, Batak, Minang, Jawa, Tionghoa, Bugis, Banjar, dan lainnya,” tegasnya.

Harapan untuk Pemimpin yang Merangkul 

Menyikapi bursa calon ketua DKD, Anton tidak menunjuk satu nama secara spesifik, tetapi ia mengingatkan bahwa pemimpin yang terpilih haruslah sosok yang inklusif, terbuka, dan mau mendengar.

“Kita butuh pemimpin seni yang tidak membeda-bedakan. Yang tak hanya kuat visi, tapi juga rendah hati, mau turun ke lapangan, duduk bersama pelaku seni tradisi, seniman jalanan, penyair, pemusik, bahkan penggiat budaya kampung. DKD bukan menara gading, tapi pelita di tengah masyarakat,” katanya.

Musenda: Panggung Demokrasi Kesenian


Anton juga mengajak para peserta Musenda untuk menjaga semangat demokrasi budaya. Ia percaya bahwa para seniman dan budayawan mampu menunjukkan proses pemilihan yang elegan, damai, dan penuh semangat gotong royong.

“Mari kita jadikan Musenda V sebagai cermin martabat kita. Jangan ada intrik atau kepentingan sesaat. Yang utama, bagaimana DKD ke depan bisa menjadi ujung tombak pelestarian budaya lokal dan pengembangan kreativitas generasi muda,” tambah Anton.

Dengan semangat kebersamaan dan visi kebudayaan yang lebih luas, Musenda V DKD diharapkan bukan hanya menghasilkan kepengurusan baru, tetapi juga mengukuhkan posisi DKD sebagai jantung kebudayaan Kota Dumai. Dari panggung ke panggung, dari kampung ke kampung, Dumai akan terus bersuara melalui seni dan budayanya.

0 Comments

🏠 Home