Panglimo Gedang Menyeru: Bersatulah Petinggi Adat! Demi Marwah, Demi Anak Melayu Dumai

Panglimo Gedang Menyeru: Bersatulah Petinggi Adat! Demi Marwah, Demi Anak Melayu Dumai

📍 Dumai, 29 Mei 2025

Dalam suara yang penuh getar tradisi, Panglimo Gedang, tokoh adat di Tanah Dumai, mengumandangkan seruan luhur kepada seluruh petinggi adat Melayu. Ia mengajak mereka duduk semeja, bersidang dalam semangat musyawarah, menyatukan arah, menyusun kekuatan demi satu tujuan mulia: menegakkan kembali marwah dan jati diri Melayu di bumi Dumai.


“Jangan biarkan adat menjadi asing di tanahnya sendiri. Jangan biarkan anak Melayu menjadi yatim di kampung halaman. Sudah saatnya kita bersatu — tidak dalam kata-kata, tapi dalam tekad dan langkah,” ujar Panglimo Gedang dengan suara berat dan mata yang teduh menembus waktu.

Melayu Jangan Hilang di Dumai

Panglimo Gedang tidak hanya berbicara sebagai tokoh adat, tetapi sebagai penjaga nurani kolektif masyarakat Melayu Dumai. Ia menyampaikan keprihatinan mendalam akan tercerainya semangat adat, lemahnya warisan nilai, dan makin menjauhnya generasi muda dari akar budaya mereka sendiri.

“Adat bukan hiasan. Ia tiang rumah. Jika tiang ini lapuk, robohlah rumah. Maka jangan kita biarkan petinggi adat berjalan sendiri-sendiri. Kita wajib berpadu, bukan bersaing.”

Seruannya agar diadakan Petemuan  Tokoh Adat duduk bersama, yang melibatkan semua pucuk pimpinan adat, lembaga budaya, alim ulama, dan cendekiawan Melayu, bukan hanya sebatas agenda seremonial. Tapi sebagai ikhtiar agung menyelamatkan martabat dan masa depan Melayu di Kota Dumai.

Bangkitkan Generasi Pewaris Adat

Panglimo Gedang juga menaruh harapan besar kepada anak-anak Melayu Dumai — generasi pewaris yang saat ini tercerabut dari akar. Ia menyerukan agar hasil sidang nanti merumuskan langkah konkret: pendidikan adat di sekolah, pelatihan budaya di kampung, dan ruang tampil bagi generasi muda untuk membanggakan jati dirinya.

“Jika kita ingin Melayu tetap berdiri seribu tahun lagi, tanamkan adat itu di hati anak-anak kita hari ini. Bukan besok. Sekarang.”

Menurut beliau, marwah tak bisa dibeli, tak bisa dipinjam, hanya bisa ditegakkan dengan persatuan dan kehormatan. Dan kehormatan itu bermula dari keberanian para petinggi adat untuk duduk bersama, menanggalkan perbedaan, dan menatap arah yang sama: Marwah Melayu yang bermartabat.

Harapan Besar kepada KMBD

Dalam penutup seruannya, Panglimo Gedang juga menyampaikan keyakinannya yang penuh terhadap KMBD (Kerukunan Masyarakat Budaya Dumai) sebagai tumpuan penting dalam gerakan kebangkitan adat Melayu di Dumai. Ia menyatakan harapan agar KMBD menjadi jembatan pemersatu dan rumah besar semua unsur budaya, serta mampu mendorong lahirnya langkah-langkah nyata pelestarian dan pemajuan adat di tengah masyarakat.

“Saya percaya kepada KMBD dan semua jajaran pengurusnya — bahwa dari tangan-tangan mereka akan tumbuh cahaya yang menerangi jalan budaya. Mereka bukan sekadar pengurus, tapi pejuang marwah yang patut kita dukung bersama.”

Ia juga mengajak seluruh tokoh adat, masyarakat, serta generasi muda untuk bersama-sama mendukung KMBD dalam membawa adat Melayu Dumai ke panggung yang lebih terhormat — baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

“Mari kita tegakkan kembali panji marwah Melayu bersama KMBD. Satukan niat, langkahkan kaki, demi tanah warisan yang tak lekang oleh zaman.”

Dumai Butuh Panglima Budaya

Seruan Panglimo Gedang menggema tidak hanya di kalangan sesama tetua adat, tetapi juga mulai disambut oleh para tokoh masyarakat, budayawan, dan generasi muda. Beberapa tokoh telah menyatakan kesediaan mendukung forum besar yang rencananya akan digelar dalam waktu dekat.

Panglimo Gedang menutup pernyataannya dengan petuah yang menyentuh:

“Bersatu bukan meleburkan nama, tapi menguatkan makna. Biar bendera kita banyak, asal tiangnya satu: Melayu bermarwah, Dumai berdaulat dalam adatnya.”


🛡️Linked :  MajalahDumai.pro mendukung penuh inisiatif ini sebagai bagian dari ikhtiar besar menyelamatkan warisan budaya. Dumai bukan sekadar kota pelabuhan, ia tanah tumpah darah Melayu yang menunggu kebangkitan marwahnya. (Ig)



0 Comments

🏠 Home