📅 24 Mei 2025 | Sore Diskusi DKD Dumai
Menjelang MUSENDA V Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kota Dumai, semangat dan gagasan mengalir deras dari para seniman, budayawan, serta penggerak kebudayaan yang berkumpul dalam sebuah diskusi hangat. Forum ini bukan sekadar tempat berkumpul; ia menjadi ruang reflektif, di mana ide-ide dijalin seperti benang emas, menyulam arah baru bagi perjalanan seni budaya di Dumai.
Berikut adalah pokok-pokok pikiran yang lahir dari obrolan penuh makna:,

🎨 Tyas – “Instalasi Seni”
“Setiap komite adalah bagian dari satu kesatuan. Bayangkan organisasi ini seperti sebuah instalasi seni yang hidup: tiap bagiannya saling menopang, menciptakan bentuk yang utuh, memikat, dan bermakna. Jika satu bagian redup, yang lain ikut meredup. Maka, mari saling menghidupkan.”
🌱 Zamzami – “Tak Ado Rotan, Akar Pun Jadi”
“Jangan menunggu sempurna baru bergerak. Kita ini pejuang, bukan penunggu. Dengan niat dan semangat, apa yang sederhana pun bisa jadi besar. Bergeraklah, walau hanya dengan akar, kalau rotan belum ada.”
🛖 Iwang – “Tokoh, Tanah, dan Token”
“Kepemimpinan bukan hanya soal jabatan, tapi soal daya hubung: menghubungkan tokoh masyarakat, memuliakan tanah atau lokalitas kita, serta memanfaatkan potensi zaman, termasuk teknologi (token), untuk membawa DKD melaju.”
🧭 Mail – “Fokus pada Seni Budaya”
“DKD bukan tempat semua hal, tapi tempat menjaga jati diri daerah lewat seni budaya. Fokus dan marwah kita harus jelas: memperkuat identitas, bukan melunturkan.”
🔧 Budi Agus – “Revitalisasi Kelembagaan”
“Kalau kita mau keluar dari kebekuan, kita perlu perubahan. Revitalisasi kelembagaan bukan sekadar ganti nama, tapi membuka ruang baru: bagi ekspresi, bagi pelaku seni, bagi ide-ide segar.”
📣 Tantri – “Influencer yang Patut Disembuhkan”
“Kadang kita terjebak di keramaian suara, tapi lupa: kepercayaan dan transparansi itu jauh lebih penting. DKD harus jadi ruang sehat, bukan ruang gaduh.”
🫱🏻🫲🏾 Asda – “Hubungan Harmonis dengan Pemerintah”
“Pemerintah bukan lawan, tapi mitra. Kemitraan yang dirawat dengan baik bisa jadi pondasi kuat pembinaan seni budaya di daerah.”
🗣 Arul – “Komite sebagai Wadah Aspirasi”
“Komite harus mewakili suara pelaku seni, bukan hanya nama-nama. Ketua komite itu bukan simbol, tapi cermin dari semangat para seniman yang diwakilinya.”
🏭 Hamka & Ujang E\bat – “Kemitraan dengan Instansi dan Industri”
“Jangan tutup mata: instansi dan dunia industri adalah mitra strategis. Seni bisa menjadi bagian dari pembangunan daerah, bukan hanya tontonan, tapi juga kekuatan.”
🏋 Kadafi – “Antara Olahraga dan Seni di Mata Pemerintah”
"Olahraga mengharumkan nama, seni memuliakan martabat. Dua-duanya penting. Seni tak boleh dinomorduakan hanya karena tak selalu tampil di podium."
— Kadafi
Pernyataan ini mencerminkan pandangan visioner bahwa olahraga dan seni sama-sama penting dalam pembangunan karakter bangsa. Bila KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) lebih berorientasi pada pengembangan prestasi dan kompetisi, maka Dewan Kesenian selayaknya menjadi garda terdepan dalam pelestarian seni budaya serta pengembangan kreativitas dan karya-karya seni.
Seni memang tidak selalu tampil di panggung medali, namun ia hadir sebagai napas peradaban—menjaga identitas, menyuarakan jiwa bangsa, dan memuliakan martabat. Dalam pandangan Kadafi, seni dan olahraga bukan dua kutub yang bersaing, melainkan dua sayap yang harus terbang bersama dalam arah pembangunan kebudayaan dan karakter nasional.
🔁 Jimmy – “Kepemimpinan Kolektif Kolegial”
“Kepemimpinan yang kuat lahir bukan dari satu kepala, tapi dari kebersamaan. Ketua DKD dan para ketua komite harus saling menopang, berjalan kolektif, bukan sendiri-sendiri.”
🔚 Penutup
Diskusi ini mengingatkan kita bahwa seni bukan hanya perkara ekspresi, tetapi juga soal arah, pijakan, dan kekuatan suatu daerah. MUSENDA V diharapkan menjadi momentum lahirnya kepemimpinan baru, strategi baru—yang bukan hanya adaptif terhadap zaman, tapi juga bermarwah, berbudaya, dan berakar kuat pada identitas lokal.
🪶 “Jika semua komite adalah instrumen, maka DKD adalah orkestra. Tugas kita bukan saling bersaing, tetapi menyelaraskan, agar lahir simfoni yang menggugah.”
Mari melangkah bersama, menjadikan seni sebagai cahaya yang menuntun, bukan hanya nyala sesaat, tapi suluh yang terus menyala demi marwah Kota Dumai tercinta.
0 Comments