✍️ oleh: Iwang
Kau bisa abaikan nama kami dari undangan.
Kau bisa geser kami dari pusat meja.
Tapi satu hal tak bisa kau hapus:
kami adalah akar — dan akar tidak mati.
Kami ini anak laut, kami ini anak Pesisir
yang lahir dari desah ombak dan disusui badai.
Kami tidak tumbuh dari seminar,
tapi dari surau kayu dan petuah tua.
Kami tidak diajari cara tampil,
tapi diwarisi cara bertahan.
🌊 LAUT MENGAJARKAN: TENANG ITU BUKAN TAKUT
Di pesisir ini,
budaya bukan dekorasi — dia jati diri.
Kami tidak sekadar pamer zapin untuk pembukaan acara.
Kami menari karena kami paham maknanya.
Kami pantun bukan untuk lomba — tapi sebagai cara menolak dengan santun,
dan membela tanpa perlu mencaci.
Kami tahu cara marah tanpa memaki.
Kami tahu cara memukul dengan irama.
Karena kami tidak asal keras,
kami keras dengan arah.
⚔️ LIMA DARAH, SATU NAFAS — DAN TIDAK SATUPUN MUDAH DILUPAKAN
🔥 SIAK – Darah Raja yang Tak Kering
Siak bukan cerita masa lalu.
Siak adalah nadi yang masih berdenyut.
Ia tidak mendongak karena harta, tapi karena harga diri.
Di tanah ini, raja tidak sekadar memerintah — ia menanam akhlak.
Dan anak Siak tidak tumbuh jadi penjilat, tapi jadi penjaga.
Syarak masih tegak, adat masih bertulang.
🔥 ROKAN HILIR – Muara Perlawanan
Di Bagansiapiapi, ombak tidak sekadar datang dan pergi.
Ia membawa cerita tentang kapal, tentang api, tentang bakar tongkang
yang bukan sekadar budaya — tapi pernyataan.
Bahwa kami bisa menerima perbedaan tanpa kehilangan diri.
Kami ini pesisir: kami tidak usir tamu,
tapi kami tahu siapa tuan rumahnya.
🔥 DUMAI – Di Balik Kilang, Marwah Tak Hilang
Orang bilang Dumai kota industri.
Tapi kami tahu: di balik suara pelabuhan, selawat masih hidup.
Kompang tidak mati. Zapin tidak dibungkam.
Anak Dumai bisa bicara angka —
tapi lebih paham bicara adat.
Karena kami tidak butuh dibesarkan proyek —
kami sudah besar oleh nilai.
🔥 BENGKALIS – Negeri yang Tidak Tunduk
Di Bengkalis, adat bukan slogan.
Ia hukum.
Ia pagar.
Ia penuntun saat terang, dan pelita saat gelap.
Jangan anggap diam kami sebagai tanda tunduk.
Karena jika adat diinjak,
Bengkalis tahu caranya berdiri — dan tidak akan sendiri.
🔥 MERANTI – Pulau Kecil, Jiwa Raksasa
Di gugusan Meranti, laut itu sekolah,
dan sagu itu lambang daya tahan.
Kami diajari tidak cengeng.
Kami tidak hidup dari subsidi nilai,
kami hidup dari keyakinan pada akar budaya.
Dan jangan kira pulau kecil itu lemah —
justru dari pulau kecil inilah marwah sering diselamatkan.
🚨 INI SERUAN, BUKAN TULISAN BIASA
Jika engkau pejabat,
jangan cuma datang untuk potong pita —
datanglah untuk belajar hormat pada warisan.
Jika engkau aktivis,
jangan cuma ajak kami diskusi tentang perubahan —
ajak juga bicara tentang penjagaan.
Jika engkau muda,
jangan cuma ingin dikenal —
kenali dulu siapa dirimu.
🔥 KAMI BUKAN BAYANG-BAYANG. KAMI CAHAYA DARI TIMUR
Kau bisa bangun gedung tinggi,
tapi jangan remukkan surau kecil tempat kami belajar jati diri.
Kau bisa ganti naskah sejarah,
tapi jangan pikir kami lupa dari mana kami berasal.
Kami bukan serpihan.
Kami bukan hiasan.
Kami adalah batas terakhir —
yang menjaga agar bangsa ini masih punya nadi,
masih punya sopan,
masih punya hati.
KAMI TIDAK PERNAH PERGI. KAMI CUMA MENUNGGU DIDENGAR.
Dan jika hari ini kau masih menyebut kami “pinggiran” —
maka tunggulah saat pinggiran ini
kembali jadi pusat peradaban.
0 Comments